HUBUNGAN PARASIT dan INANG


Parasit adalah organisme yang hidupnya dapat menyesuaikan diri dengan inangnya, sangat tergantung pada inangnya sebagai habitat dan pemberi makannya dan merugikan organisme yang ditempelinya (inang) (Noble and Noble, 1989). Menurut Kabata (1985) parasit dapat dibagi menjadi 2 kelompok yang berbeda yaitu ektoparasit dan endoparasit, menurut letak organ yang terinfeksi oleh parasit. Ektoparasit adalah parasit yang melekat pada bagian permukaaan tubuh, sedangkan endoparasit adalah parasit yang hidup di dalam tubuh inang, seperti saluran pencernaan, hati dan organ lain (Olsen, 1970).
Menurut Fernando et al. (1972), setiap jenis parasit mempunyai habitat yang berbeda pada organ inang sebagai tempat hidupnya, parasit yang menginfeksi pada bagian luar tubuh adalah Protozoa, Monogenea, Copepoda. Sedangkan parasit yang menyerang bagian dalam tubuh ikan adalah Protozoa, Digenea, Acanthocephala, nematode dan Crustacea.
Akibat dari infeksi parasit ini akan memberikan perubahan-perubahan baik pada jaringan organ tubuh maupun perubahan sifat-sifat inang secara umum (Dogiel, 1970 dalam Nourina, 2002). Sachlan (1981) dalam Martiadi (2002) menyebutkan bahwa parasit dapat merugikan inangnya dengan banyak cara, yaitu dengan menimbulkan luka-luka, dengan memakan dan menyerap jaringan tubuh inang.
Dikatakan juga oleh Axelrod et al. (1974) dalam Nourina (2002) bahwa penyakit ikan timbul dari interaksi antara jasad penyebab penyakit ikan dengan lingkungannya. Hubungan antara inang dengan parasit merupakan hal yang kompleks karena banyaknya faktor yang berpengaruh. Penyebaran setiap parasit pathogen terhadap inangnya antara lain ditentukan oleh umur dan ukuran inang, daya tahan inang, musim dan lokasi geografisnya (Noble and Noble, 1989).
Suatu organisme untuk menjalankan parasitisme secara baik harus sanggup hidup di dalam atau pada inang tanpa menimbulkan reaksi pada inang untuk mempertahankan diri, reaksi ini tidak dapat diatasi oleh parasit itu. Jika dalam hubungan ini tidak tampak kerusakan yang berarti pada inang, maka hubungan ini dapat dipandang sebagai komensalisme dan bentuk hubungan semacam ini yang paling biasa ditemukan pada hubungan anatara manusia dan mikroorganisme.Jika inang memberikan reaksi yang keras karena masuknya parasit tersebut, maka dapat terjadi tiga kemungkinan sebagai jalan ke luar dari hubungan itu, yaitu:
a. parasit dapat terbunuh atau dikeluarkan
b. inangnya terbunuh
c. sifat invasi dan patogenitas dari parasit dengan mekanisme pertahanan inang mencapai keseimbangan.
Dalam hal yang disebut terakhir, parasit dan inang hidup dalam koeksistensi damai atau dalam keadaan gencatan senjata. Jika keseimbangan ini terganggu masing-masing merupakan aggressor yang potensial bagi yang lain. Infeksi terjadi bila parasit sanggup menyusup atau melalui batas pertahanan inang dan hidup di dalamnya. Infeksi tidak selalu harus menghasilkan penyakit. Jika pada inang itu jelas tampak dan dirasakan adanya kerusakan oleh parasit itu, terjadilah penyakit dan parasit ini disebut pathogen primer.
Suatu parasit dapat langsung menyusup atau menembus mekanisme pertahanan normal suatu badan yang sensitive dan sehat serta menimbulkan suatu infeksi, tanpa bantuan apa-apa. Ada pula yang hanya dapat melalui mekanisme pertahanan normal itu karena alat pertahanan itu telah lebih dahulu dirusak oleh sebab lain, sehingga parasit menggunakan kesempatan ini (oportunis) menginfeksi inang 9tua usia, luka, lama menderita sakit keracunan). Dalam hal ini parasit itu disebut pathogen sekunder, misalnya stafilokokus yang normoal ditemukan dalam hidung dan kulit orang sehat. Jika organisme ini dapat kesempatan masuk ke dalam aliran darah atau jaringan dalam, dapat menghasilkan infeksi yang serius.
Dalam hubungan inang-parasit, tidak berarti bahwa ini harus selalu merusak inang. Sebaliknya banyak interaksi antara inang-parasit tidak menghasilkan penyakit, jadi infeksi itu tetap laten atau biasa disebut infeksi subklinis.
Hubungan antara parasit dan inang ditentukan oleh kedua pihak, dari parasit menginginkan tempat hidup dan merusak inang sedangkan inangnya sendiri berusaha dengan segala mekanisme pertahanannya untuk melawan proses tersebut.
Di antara sifat-sifat yang dibawa parasit itu ialah infektivitas, daya invasi, patogenitas, dan toksigenitas. Jika kerusakan yang ditimbulkan oleh parasit itu sudah cukup besar maka menimbulkan gangguan pada inang sehingga timbul apa yang dinamakan penyakit.